Ini sih bisa dibilang ceerpen pertama gue.Inspirasinya si ga jauh-jauh dari kehidupan pribadi lah hahaha sok silahkan baca mongooo...
TOPENG
May
Nastie.K
9f
“Ayo
siapa yang bias mengerjakan,maju ke depan.”Bu Ayu berkata sambil
menyodorkan sebuah spidol hitam ke arah kami.Semua terdiam.Tapi,
“Saya
bu!” Terdengar suara memecah keheningan. Dia,Denis maju ke depan
dengan bangganya.Dia terbiasa seperti itu.Setiap kali Bu Ayu
menyodorkan pertanyaan,ia selalu menjawabnya-ini yang disukai oleh Bu
Ayu.Sebenarnya ia bukan termasuk anak yang pintar.Ia sering menjalani
yang namanya remedial.Ia adalah tipe orang yang ‘selenyean’.Malah
bisa disebut bandel.Ia juga sering mem-bully teman-teman yang memang
memiliki kekurangan-bukan kekurangan fisik tentunya,hanya saja
anak-anak yang kurang tenar.Tapi dibalik itu semua,Denis adalah orang
yang pintar menyembunyikan prilakunya.Jika ada guru-khususnya Bu
Ayu,ia selalu menampakkan sikap manisnya.Seolah-olah ia adalah
malaikat yang tidak pernah berdosa.Tapi, jika tidak ada guru,ia
kembali liar.Mem-bully siapa saja yang mengganggu pandangan
matanya,khususnya temanku yang bernama Ahmad.Ia sering dijadikan
objek tertawaan akibat ulah Denis.Pernah suatu kali,
“Eh
Alien(panggilan kesayangan Denis)!Bapak lo tukang kayu yah?”
Ahmad
tertunduk.Dia pasti tau akan dikerjai oleh Denis
“Woy
jawab dong! Kenapa gitu!” Gerentak Denis karena Ahmad tidak
memperdulikan omongannya.
“I-iy-a
k-kenapa?” Jawabnya terbata-bata.
“Pantesan.Tuh
gergaji nya ketinggalan!” Celetuk Denis sambil menunjuk
kearah
wajah Ahmad-dia memang memakai behel.Diikuti tertawaan mengejek
anak-anak sekelas.Tak bisa ku bayangkan betapa malunya Ahmad.Ia
tertunduk malu meninggalkan gerombolan anak-anak yang sedang
menertawainnya dan kembali ke bangkunya.
“Wah
jawabannya benar.Hebat kamu Denis.” Pujian Bu Ayu mengagetkanku
dari lamunan tentang Denis.
“Iya
dong bu.Siapa dulu gurunya.” Pujian Denis pun tak kalah dan membuat
Bu Ayu semakin bangga saja.Pinta sekali ia mengambil hati Bu
Ayu.Padahal,waktu itu aku pernah mendengar Denis menjadikan Bu Ayu
sebagai bahan leluconnya.
Ah,andai
saja Bu Ayu tau.
“Eh
Ra aku sebel banget tau sama Denis.” Tika,sahabatku mulai
mengajakku mengobrol.Dan lagi-lagi tentang Denis.
“Memangnya
kenapa?” Jawabku sambil mengunyah roti isi yang ku beli tadi.
“Dia
orangnya sok manis.Tadi kamu liat kan,saat pelajaran bu Ayu.Dia
berlagak bisa mengerjakaannya.” Tika berujar berapi-api.
“Tapi
memang dia bisa mengerjakaannya kan?” Aku masih tidak serius
menggubris perkataanya.
“Eh
kamu tau tidak? Dia bisa mengerjakaan semua soal itu karena dia
menyontek buku Rio.Aku melihatnya tadi pagi.”
“Kamu
serius?”Tika mengangguk.
“Tapi
kenapa si Rio tidak protes?”
“Kamu
tau kan Denis itu orang yang seperti apa? Dia sering mengancam.Jelas
saja Rio takut.”Tika berkata dengan sangat meyakinkan.
Aku
terdiam.Bertanya-tanya dalam hati.Mengapa seorang Denis yang sebegitu
liciknya bisa jadi anak kesayangan bu Ayu?Kenapa bukan Rio yang
memang benar-benar pintar? Banya pertanyaan dalam benakku.Dan aku
sendiri pun kurasa tak berhak untuk menjawabnya.
*********
Bel
pulang berbunyi.
“Raya
sebentar.” Elen menahan langkahku.
“Iya
ada apa Len?”
“Aku
ingin member tau kamu sesuatu.Tapi kamu jangan bilang siapa-siapa
yah.Okay? Janji yah.” Elen menanyaiku beruntun.
Aku
penasaran juga.Akhirnya,kuiyakan semua perkataannya.
“Memangnya
kamu ingin ngomong apa?”
“Jangan
disini.Dikelas saja.” Ajaknya.Aku pun mengikuti langkahnya menjuju
ruang kelas.Ternyata di kelas sudah sepi.
“Gini
,Ra.Kemaren,Tika curhat kepadaku.”
“Oh
Tika.Memangnya dia bilang apa?”Aku agak sedikit lega.Ternyata yang
ingin dibicarakan Elen adalah Tika,sahabatku.Aku kira ada apa.Dengan
antusias aku mendengarkan cerita Elen.
“Kemarin
dia curhat kepadaku.Katanya,kamu itu sekarang berubah.Tidak mau
membelanya lagi.Kamu juga sekarang lebih jutek..”Elen mulai
bercerita.
“Lalu
kalau dia minta contekan ke kamu,kamu tidak memberinya.”
“Menurut
aku sih kamu yang salah.Dia kan sahabat kamu.Kenapa kamu tidak mau
membelanya?Kenapa juga kalau dia ingin menyontek kenapa kamu tidak
memberinya?”Lanjut Elen.
Aku
bingung mau menjawab apa.Aku ingin menangis.Elen seakan-akan
menghakimiku dengan sesuatu yang menurutku bukan
salahku.Lalu,mengapa Tika tidak langsung berbicara kepadaku? Mengapa
ia tidak mengungkapkan kesalahanku sebagai sesuatu yang tidak
disukainya-dihadapanku? Dan mengapa tadi pagi ia bersikap seperti
biasa,sementara kemarin dia membicarakanku dibelakang? Tak terasa air
mataku menetes.Aku tidak mengerti apa yang ada dipikiran Tika dan
juga Elen.Mengapa Elen memberi tau ku tentang perbincangannya
kemarin.Apakah dia tidak bisa menjaga perasaanku?
**************
“Hai,Ra!”
Tika mengagetkanku yang sedang melamun dikelas.Aku pura-pura tidak
mendengarnya.Sampai ia tiba dibangku ku.
“Tumben
kamu datangnya pagi sekali.” Senyum mengejek terlihat di raut
wajahnya.Aku agak sedikit aneh untuk menjawab sapaannya,mengingat
cerita Elen kemarin tentangnya.Tapi aku berusaha seakan tidak terjadi
apa-apa.
“mm..lebih
baik datang pagi aripada telat kan?”Jawabku dengan senyum seperti
biasa.Diapun tersenyum.
Saat
istirahat,Tika menghampiriku.
“Ra..”
“Raya”Teriaknya
ditelingaku.
“Eh
iya kenapa ka?”Jawabku sambil melepaskan headset ditelingaku.
“Huu..pantesan.”
“Eh,Ra
aku sebel banget nih sama Elen.”Tika mulai bercerita.
“Apa?”
Aku melotot memandangnya.Dia kebingungan.
“Eh
maksudku kenapa?”
“Aku
sebel aja sama dia.Dia tuh kalau diberi nasehat suka
‘ngeyel’.Padahalkan itu juga demi kebaikan dirinya juga.”
Tika
terus saja berbicara tentang Elen.Aku terdiam mendengarnya.Aku
bingung.Kenapa sekarang Tika senang sekali mengumbar kesalahan orang
lain.Kemarin ke Elen sekarang ke aku.
Bel
masuk berbunyi.Untunglah aku tidak perlu menjawab pernyataan Tika.
***************
Pulangnya.
Saat
aku sedang membereskan peralatan belajarku dan bersiap untuk
pulang.Elen menghmpiriku.
“Raya.Aku
mau bicara sama kamu.”
“Soal
apa? Tika?Kalau itu aku malas mendengarnya.”Jawabku sambil terus
membereskan alat tulisku.
“Sebenernya
sih iya.”Ujarnya sambil duduk di bangku sebelahku.
“Apa?”Sekali
lagi aku tercekat.
“iya.Aku
kesel sama dia.Dia selalu menyuruhku.Ini lah,itu lah.Memang aku
pembantunya apa?”
Aku
sekarang benar-benar bingung.Kenapa sekarang teman-temanku seperti
memakai topeng.Mulai dari Denis yang berlagak alim jika ada
guru.Padahal sebenarnya ia tidak berprilaku seperti itu.Lalu
Tika,yang memasang topeng senyum padahal sebenarnya ia membenciku.Dan
sekarang Elen.Kemarin yang ku tau ia ikut membicarakanku dengan
Tika.Tapi sekarang malah dia yang membicarakan TIka dibelakang.Aku
bingung sekali.
Sebenarnya,bukan
salah kita.Kita bebas menentukan topeng mana yang akan kita
pakai.Jahat atau baik.Atau kita bisa memutuskan sendiri,untuk tdak
menggunakan keduanya.Dan memilih menjadi diri kita sendiri dengan
segala kebaikan dan keburukan kita masing-masing.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar