Rabu, 21 Maret 2012

TOPENG

            Ini sih bisa dibilang ceerpen pertama gue.Inspirasinya si ga jauh-jauh dari kehidupan pribadi lah hahaha sok silahkan baca mongooo...

TOPENG

May Nastie.K
9f

         “Ayo siapa yang bias mengerjakan,maju ke depan.”Bu Ayu berkata sambil menyodorkan sebuah spidol hitam ke arah kami.Semua terdiam.Tapi,
         “Saya bu!” Terdengar suara memecah keheningan. Dia,Denis maju ke depan dengan bangganya.Dia terbiasa seperti itu.Setiap kali Bu Ayu menyodorkan pertanyaan,ia selalu menjawabnya-ini yang disukai oleh Bu Ayu.Sebenarnya ia bukan termasuk anak yang pintar.Ia sering menjalani yang namanya remedial.Ia adalah tipe orang yang ‘selenyean’.Malah bisa disebut bandel.Ia juga sering mem-bully teman-teman yang memang memiliki kekurangan-bukan kekurangan fisik tentunya,hanya saja anak-anak yang kurang tenar.Tapi dibalik itu semua,Denis adalah orang yang pintar menyembunyikan prilakunya.Jika ada guru-khususnya Bu Ayu,ia selalu menampakkan sikap manisnya.Seolah-olah ia adalah malaikat yang tidak pernah berdosa.Tapi, jika tidak ada guru,ia kembali liar.Mem-bully siapa saja yang mengganggu pandangan matanya,khususnya temanku yang bernama Ahmad.Ia sering dijadikan objek tertawaan akibat ulah Denis.Pernah suatu kali,
        “Eh Alien(panggilan kesayangan Denis)!Bapak lo tukang kayu yah?”
Ahmad tertunduk.Dia pasti tau akan dikerjai oleh Denis
        “Woy jawab dong! Kenapa gitu!” Gerentak Denis karena Ahmad tidak memperdulikan omongannya.
       “I-iy-a k-kenapa?” Jawabnya terbata-bata.
       “Pantesan.Tuh gergaji nya ketinggalan!” Celetuk Denis sambil menunjuk
kearah wajah Ahmad-dia memang memakai behel.Diikuti tertawaan mengejek anak-anak sekelas.Tak bisa ku bayangkan betapa malunya Ahmad.Ia tertunduk malu meninggalkan gerombolan anak-anak yang sedang menertawainnya dan kembali ke bangkunya.
        “Wah jawabannya benar.Hebat kamu Denis.” Pujian Bu Ayu mengagetkanku dari lamunan tentang Denis.
       “Iya dong bu.Siapa dulu gurunya.” Pujian Denis pun tak kalah dan membuat Bu Ayu semakin bangga saja.Pinta sekali ia mengambil hati Bu Ayu.Padahal,waktu itu aku pernah mendengar Denis menjadikan Bu Ayu sebagai bahan leluconnya.
Ah,andai saja Bu Ayu tau.

          “Eh Ra aku sebel banget tau sama Denis.” Tika,sahabatku mulai mengajakku mengobrol.Dan lagi-lagi tentang Denis.
       “Memangnya kenapa?” Jawabku sambil mengunyah roti isi yang ku beli tadi.
Dia orangnya sok manis.Tadi kamu liat kan,saat pelajaran bu Ayu.Dia berlagak bisa mengerjakaannya.” Tika berujar berapi-api.
          “Tapi memang dia bisa mengerjakaannya kan?” Aku masih tidak serius menggubris perkataanya.
Eh kamu tau tidak? Dia bisa mengerjakaan semua soal itu karena dia menyontek buku Rio.Aku melihatnya tadi pagi.”
Kamu serius?”Tika mengangguk.
Tapi kenapa si Rio tidak protes?”
Kamu tau kan Denis itu orang yang seperti apa? Dia sering mengancam.Jelas saja Rio takut.”Tika berkata dengan sangat meyakinkan.
Aku terdiam.Bertanya-tanya dalam hati.Mengapa seorang Denis yang sebegitu liciknya bisa jadi anak kesayangan bu Ayu?Kenapa bukan Rio yang memang benar-benar pintar? Banya pertanyaan dalam benakku.Dan aku sendiri pun kurasa tak berhak untuk menjawabnya.
*********
Bel pulang berbunyi.
          “Raya sebentar.” Elen menahan langkahku.
           “Iya ada apa Len?”
Aku ingin member tau kamu sesuatu.Tapi kamu jangan bilang siapa-siapa yah.Okay? Janji yah.” Elen menanyaiku beruntun.
Aku penasaran juga.Akhirnya,kuiyakan semua perkataannya.
         “Memangnya kamu ingin ngomong apa?”
         “Jangan disini.Dikelas saja.” Ajaknya.Aku pun mengikuti langkahnya menjuju ruang kelas.Ternyata di kelas sudah sepi.
         “Gini ,Ra.Kemaren,Tika curhat kepadaku.”
         “Oh Tika.Memangnya dia bilang apa?”Aku agak sedikit lega.Ternyata yang ingin dibicarakan Elen adalah Tika,sahabatku.Aku kira ada apa.Dengan antusias aku mendengarkan cerita Elen.
        “Kemarin dia curhat kepadaku.Katanya,kamu itu sekarang berubah.Tidak mau membelanya lagi.Kamu juga sekarang lebih jutek..”Elen mulai bercerita.
        “Lalu kalau dia minta contekan ke kamu,kamu tidak memberinya.” 
Menurut aku sih kamu yang salah.Dia kan sahabat kamu.Kenapa kamu tidak mau membelanya?Kenapa juga kalau dia ingin menyontek kenapa kamu tidak memberinya?”Lanjut Elen.
Aku bingung mau menjawab apa.Aku ingin menangis.Elen seakan-akan menghakimiku dengan sesuatu yang menurutku bukan salahku.Lalu,mengapa Tika tidak langsung berbicara kepadaku? Mengapa ia tidak mengungkapkan kesalahanku sebagai sesuatu yang tidak disukainya-dihadapanku? Dan mengapa tadi pagi ia bersikap seperti biasa,sementara kemarin dia membicarakanku dibelakang? Tak terasa air mataku menetes.Aku tidak mengerti apa yang ada dipikiran Tika dan juga Elen.Mengapa Elen memberi tau ku tentang perbincangannya kemarin.Apakah dia tidak bisa menjaga perasaanku?

                               **************
          “Hai,Ra!” Tika mengagetkanku yang sedang melamun dikelas.Aku pura-pura tidak mendengarnya.Sampai ia tiba dibangku ku.
      “Tumben kamu datangnya pagi sekali.” Senyum mengejek terlihat di raut wajahnya.Aku agak sedikit aneh untuk menjawab sapaannya,mengingat cerita Elen kemarin tentangnya.Tapi aku berusaha seakan tidak terjadi apa-apa.
          “mm..lebih baik datang pagi aripada telat kan?”Jawabku dengan senyum seperti biasa.Diapun tersenyum.
Saat istirahat,Tika menghampiriku.
       “Ra..”
       “Raya”Teriaknya ditelingaku.
       “Eh iya kenapa ka?”Jawabku sambil melepaskan headset ditelingaku.
        “Huu..pantesan.”
       “Eh,Ra aku sebel banget nih sama Elen.”Tika mulai bercerita.
       “Apa?” Aku melotot memandangnya.Dia kebingungan.
“Eh maksudku kenapa?”
Aku sebel aja sama dia.Dia tuh kalau diberi nasehat suka ‘ngeyel’.Padahalkan itu juga demi kebaikan dirinya juga.”
Tika terus saja berbicara tentang Elen.Aku terdiam mendengarnya.Aku bingung.Kenapa sekarang Tika senang sekali mengumbar kesalahan orang lain.Kemarin ke Elen sekarang ke aku.
Bel masuk berbunyi.Untunglah aku tidak perlu menjawab pernyataan Tika.


***************


Pulangnya.
Saat aku sedang membereskan peralatan belajarku dan bersiap untuk pulang.Elen menghmpiriku.
       “Raya.Aku mau bicara sama kamu.”
        “Soal apa? Tika?Kalau itu aku malas mendengarnya.”Jawabku sambil terus membereskan alat tulisku.
       “Sebenernya sih iya.”Ujarnya sambil duduk di bangku sebelahku.
       “Apa?”Sekali lagi aku tercekat. 
iya.Aku kesel sama dia.Dia selalu menyuruhku.Ini lah,itu lah.Memang aku pembantunya apa?”
Aku sekarang benar-benar bingung.Kenapa sekarang teman-temanku seperti memakai topeng.Mulai dari Denis yang berlagak alim jika ada guru.Padahal sebenarnya ia tidak berprilaku seperti itu.Lalu Tika,yang memasang topeng senyum padahal sebenarnya ia membenciku.Dan sekarang Elen.Kemarin yang ku tau ia ikut membicarakanku dengan Tika.Tapi sekarang malah dia yang membicarakan TIka dibelakang.Aku bingung sekali.
Sebenarnya,bukan salah kita.Kita bebas menentukan topeng mana yang akan kita pakai.Jahat atau baik.Atau kita bisa memutuskan sendiri,untuk tdak menggunakan keduanya.Dan memilih menjadi diri kita sendiri dengan segala kebaikan dan keburukan kita masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar